Berada di pusat keramaian dan tersembunyi di balik ketinggian gedung pencakar langit, terdapat dunia yang jarang terlihat oleh mata sehari-hari. TPST Bantar Gebang, tanah lapang yang menjadi tempat pembuangan sampah terbesar di Indonesia, bukan sekadar tumpukan limbah, tetapi panggung bagi kehidupan dan perjuangan para pengepul sampah.
Foto pertama membawa kita ke
tengah-tengah aktivitas pagi. Sorot matahari masih lembut ketika seorang pria
paruh baya mulai memilih dan memilah sampah.
Wajahnya mencerminkan keuletan dan kebiasaan yang terpahat oleh bertahun-tahun
mencari nilai di antara benda-benda yang telah diabaikan.
Potret kedua menghadirkan kisah
anak yang membantu orang tuanya, generasi penerus yang tumbuh di bawah bayang-bayang sampah. Dalam
sorot mata mereka terdapat kepolosan dan kebahagiaan, seakan dunia ini adalah
taman bermain yang penuh kejutan. Mereka menjadikan setiap karung plastik dan
botol bekas sebagai sahabat main.
Kemudian, sebuah gambar mendetail
menangkap kakek yang lincah menyortir sampah
plastik. Ia adalah cermin kebanggaan atas pekerjaannya,
menciptakan keseimbangan antara fungsi ekonomi dan misi lingkungan.
Potret seorang kakek dengan mata
yang berbinar ketika menemukan barang bekas bernilai tinggi menggambarkan
kebijaksanaan yang hanya didapatkan melalui pengalaman bertahun-tahun. Di
tangannya, limbah bukan hanya sampah, tetapi merupakan potensi kehidupan yang
terlupakan.
Terakhir, sebuah gambar menyajikan
momen para pekerja. Di bawah langit yang cerah, mereka bekerja tanpa lelah, menunjukkan
kebersamaan di tengah tantangan.
Essai foto ini adalah perjalanan
melalui kehidupan di TPST Bantar Gebang. Melalui lensa kamera, kita dapat
mendengar melodi hidup yang penuh semangat di antara gunungan sampah, sebuah
cerita tentang keberanian, keuletan, dan harapan yang tumbuh di tengah kerasnya
realitas.